“DASAWARSA”
MUSIK INDIE BERNAPAS ETNIK
oleh Ide Bagus Putra
Tempoa Art Gallery- Jambi
(9/2)menggelar musik indie “Dasawarsa” bertajuk “Dosa Senin dan Dosa Selasa.”
Bermula dari persahabatan sejak
SMA, Putra dan Hendra membangun “Dasawarsa” kelompok musik indie dengan napas
musikalisasi puisi. Sebelumnya mereka sempat berkecimpung di musik heave metal, hip rock, dan beberapa
musik alternatif lainnya.
Dibangun dengan format minimalis,
Putra vokal dan gitar, sementara Hendra pada perkusi, tidak mengurangi kekuatan
mereka berekpremen untuk menemukan nada-nada batin untuk kebutuhan syair-syair
yang mereka susun.
Olah batin itu diantaranya adalah
“Dosa Senin” dan “Dosa Selasa” catatan kecil Putra tentang perjalanan hidup.
Tentang komposisi garapannya, Putra dalam percakapan ringan setelah pementasan
menyatakan ia dua komposisi musik yang ia tampilkan direncanakan akan
dilengkapi dengan komposisi hari dalam satu minggu. Tentu saja dengan olahan
etnik seperti dua lagu yang telah ia tampilkan.
Putra dan Hendra memang mengaku bukan
sosok yang mempelajari musik secara akademik, mereka belajar musik secara
otodidak dan sedikit bekal dari ilmu pembelajaran kesenian. Putra kini masih
tercatat sebagai mahasiswa Universitas Batanghari dalam masa penyelesaian tugas
akhir. Sementara Hendra penah tercatat sebagai siswa SMAN 6 Kota Jambi.
Tentang penampilan “Dasawarsa” Ajir
Leo salah satu panitia menyatakan bahwa kehadiran “Dasawarsa” pada Sabtu, 9 Februari
kemarin dilandasi dari penampilan Putra sebelumnya dalam beberapa program TAG.
“Putra dengan kemampuan musik ekpresifnya mampu membius penonton yang ada di
Tempoa.” karena itu lanjutnya “TAG memberi panggung secara khusus kepada Putra
dengan komunitasnya, maka tercetuslah gagasan menampilkan Dasawarsa.”
Sementara itu Wahyu salah satu penonton
Dasawarsa mengaku mengenal kiprah Putra dengan “Dasawarsa” melalui layanan
akun, setelah menyaksikan penampilan “Dasawarsa” dia menyatakan puas dengan apa
yang disajikan Putra dan sahabatnya Hendra. “Tampilan yang ekspresif dengan
sentuhan yang berbeda dengan penyanyi aslinya, selain itu penawaran dosa Senin dan dosa Selasa memberikan
pengalaman batin yang dalam bermusik, ada unsur musikalisasi puisi yang
menonjol, sangat menyentuh tema yang ditawarkan.”
Pernyataan puas juga dikemukakan
Rachmadi, ia menyatakan sempat curiga dengan yang dimaksud “dosa senin dan dosa
Selasa” setelah menyaksikan penampilan
Dasawarsa, semuanya terjawab. Ternyata ada penawaran yang unik dalam berolah
rasa musik, dan itulah yang menjadi kekuatan dan gaya Dasawarsa. Ia menyatakan
puas dan siap untuk menjadi rekanan Dawarsa dalam membangun keseriusan
bermusik.”
Jambi tentu saja berharap dengan
tampilnya “Dasawarsa” di panggung TAG dapat
memberikan semangat untuk anak muda
Jambi dalam berkarya, terutama pada penggila musik, Sukses untuk Dasawarsa.
(IBP)
PENYAIR RIAU DHENI KURNIA PERSEMBAHKAN
“BUNATIN” KUMPULAN PUISI TERBAIK HARI PUISI INDONESIA
BAGI PENCINTA SASTRA JAMBI
oleh Ide Bagus Putra
 |
(Dheni Kurnia Penyair Riau) |
Wanita Penyair
Indonesia (16/2) berkerja sama dengan Komunitas Pintu, dan sejumlah komunitas
akan mengelar Dialog Sastra bersama Dheni Kurnia salah satu penyair dari Riau
yang baru-baru ini mendapat Anugrah Buku Puisi terbaik dari panitia Hari Puisi
Indonesia 2018. Kegiatan yang akan di gelar di panggung Tempoa Art Galerry ini
direncanakan akan menghadirkan sejumlah pelaku sastra di Jambi untuk ikut
membacakan puisi karya-karya Dheni Kurnia. Diantara penyair atau deklamator
yang telah menyatakan bersedian untuk naik panggung bersama Dheni Kurnia diantaranya
adalah Titas Suwanda, Wenddy, Ramayani, Ide Bagus Putra dan seorang penyair
senior Dima Agus Felaz (Jambi) dan penyair Taufik Ikram Jamil.
Kehadiran
Dheni Kurnia tak lepas dari peranan Ramayani selaku Ketua Wanita Penulis
Indonesia (WPI) cabang Jambi. Selaku pencinta sastra Ramayani melihat kekuatan
karya Denny Kurnia sebagai referensi yang patut dibaca dan diperkenalkan kepada
pencinta sastra di Jambi, terutama pada para penulis muda. Apalagi katanya “Dheni
Kurnia adalah penerima anugrah sastra yang digelar oleh panitia Hari Sastra
Indonesia. Ini buku bagus katanya.” Karena itu selain akan digelar dialog di
Tempoa Art Gallery, acara ini akan juga dilanjutkan di TVRI, dan radio EB.
Tentu saja
kehadiran Denny Kurnia ke Kota Tanah Pilih ini memberi angin segar untuk para
penggiat sastra dan pencinta sastra di Jambi, diantaranya adalah Meria Purnama
salah satu guru bahasa Indonesia pencinta sastra ini menyatakan “bahwa
kehadiran Dheni akan memberi referensi baru baginya untuk mengenal penyair
Indonesia secara langsung. Apalagi penyair yang akan hadir ini adalah penerima
anugrah sastra atas buku yang telah dia tulis.” Lebih lanjut kalau tidak ada
halangan Meiria akan hadir dengan sejumlah siswa binaannya.
Pernyataan
yang sama juga dikemukakan oleh Afriansyah Putra, “Kehadiran Dheni memberikan
semacam “obor” untuk saya mengenal lebih jauh dunia puisi. “ katanya disela
persiapan untuk membantu salah satu deklamator Jambi membawakan sajak-sajak
Dheni di atas panggung. Lebih lanjut Putra mengatakan bahwa setelah membaca
sajak-sajak Dheni lewat dunia maya, ia merasakan kekuatan diksi-diksi
tradisional yang diramu sedemikian rupa sehingga menjadi wajah baru dalam
bentuk sajak modern. “Sajak yang memikat, saya mencoba mentranspormasi dalam
bentuk tampilan musik. Bagimana bentuknya, saksikan saja tanggal 16 Pebruari
yang akan datang.” Katanya santai sambil mengekplorasi senar gitar yang tidak
dimainkan secara konfensional.
Dilain
tempat Wenddy salah satu pendiri Teater Abdul Muluk Ribound turut menyatakan
ketertarikannya kepada sajak-sajak Dheni Kurnia, “Saya menyambut baik atas
kesediaan Dheni Kurnia untuk hadir di Jambi, ini merupakan stimulus yang akan
memperkaya referensi pencinta sastra di Jambi. Dan suatu kehormatan saya telah
diundang oleh panitia untuk dapat membacakan sajak-sajak Dheni bersama
penyairnya langsung.” Ujar Wenddy dalam percakapan ringan di panas terik kota
Jambi melalui gawai.
Tentu saja
kita berharap pembaca sastra Jambi merespon baik kehadiran Dheni Kurnia,
setidaknya ini menjadi moment kembali menggeliatkan sastra Jambi yang terkesan
sunyi setelah berturut-turut dirundung duka atas berpulangnya Ari Setia Ardhi
pengiat sastra yang bergerak bersama teater Bohemian, Cori Marbawi dengan
pergerakan teater dan komunitas musikalisasi binaannya, Firdaus dengan gerilya
sastranya yang berpindah-pindah, dan terakhir penyair gerimis dengan gerakan
puisi sajak-sajak pendeknya, Dimas Arika Mihardja. Kita berharap sastra Jambi
kembali mengeliat sebagai sebuah ruang, tempat bertukar pikir. Semoga. (IBP)
“MEMAYU HAYUNUNG BAWANA” DIMAS ARISANDI
oleh Ide Bagus Putra
Tempoa Art Gallery- Jambi (16/2)
menayangkan film dokumenter tentang Maestro Wayang “Ki Sigit Sukasman” Nominasi
Film Dokumenter Terbaik Festival Film Dokumenter 2009, dan Film Kehormatan
Binnale 2009 karya sineas Jambi, Dimas Arisandi.
Sosok Ki Sigit Sukasman dinilai
sedikit banyak memiliki andil ketika UNESCO menetapkan wayang sebagai salah satu
pusaka dunia tak benda pada tahun 2003. Sebab, sejak tahun 1960-an, ia memang
telah aktif memperkenalkan keindahan wayang Indonesia ke dunia Internasional.
Namun, sayang upaya Ki Sigit untuk
lebih memasyarakatkan wayang justru dinilai sebagian pihak terutama dari
kalangan dalang sebagai tindakan di luar kebiasaan. Cemooh pun kadang dilontarkan
oleh mereka yang tak sepaham dengan Ki Sigit.
Sebenarnya dengan kemampuan dan
bakatnya, Ki Sigit Sukasman bisa dengan mudahnya menjadi orang yang
berkelimpahan secara materi. Namun ia lebih memilih hidup dalam kesederhanaan
dan laku “keprihatinan”. Seniman wayang yang telah menghasilkan setidaknya
ratusan karya itu menghadap Yang Maha Kuasa pada Kamis, 29 Oktober 2009 di RS
Panti Rapih Yogyakarta. KiSigit meninggal dunia setelah dua hari dirawat akibat
komplikasi gangguan jantung dan paru-paru yang mengerogoti tubunhnya.
 |
(Dimas bersama pelaku Teater (Husni Tamrin) |
Demikialah sinopsis film dokumenter
yang mengisahkan salah satu maestro dalang Ki Sigit Sukasman, yang menghabis
waktu hingga akhir hayatnya untuk seni wayang Indonesia yang adiluhung. Karya yang
menunjukkan “pengabdian” Dimas yang sungguh-sungguh kepada seni dan film secara
khusus. Terlepas dari besarnya ketokohan seorang seniman bernama Ki Sigit
Sukasman, alumni Pascasarjana STSI Surakarta, Jurusan Penciptaan Film ini
mengakui bahwa film ini merupakan sebuah dedikasi khusus kepada dalang yang
diakuinya sebagai orang tua sekaligus guru dalam memahami seni sebagai
substansi. melalui film dokumenter inilah ia “nyantri” sebagai pekerja film.
Mengenal lebih jauh tentang Dimas
Raditya Arisandi (DRA), sineas kelahiran Jambi, 11 Juni 1984 ini kita akan
melihat sosok pribadi yang sederhana, tutur katanya teratur terkesan jawa
dengan kecerdasan sosial yang cukup baik. Pendidikan formal ia peroleh dari SD
13 Jambi, SMPN 1 Jambi, SMAN 3 Jambi, d3 Institut Musik dan Televisi Surakarta
(2005), s1 ISI Yoyakarta (2012), dan s2 ISI Surakarta (2019).
Tidak hanya secara akademik ia
serius menekuni film, DRA juga pernah/masih tergabung dalam sejumlah organisasi
kesenian, diantaranya Komunitas Kopi Kental Yogyakarta (sekarang NGO),
Demakreatif Jawa Tengah, Sanggar Wayang Ukur Yogyakarta, Forum Videografi
Demak, Asosiasi Pekerja Audio-Video Jateng-DIY, Forum Film Jambi, Digital
Cinematografi Indonesia (DCI) dan Jaringan Pesantren Film Indonesia Yogyakarta.
DRA telah menghasilkan sejumlah
olah kreatif berupa film cerita dan dokumenter, diantaranya adalah “Kuliah Kui
Larang (2006), “Malam Botak (2007), “Di dalam Tubuh yang Kuat Terdapat Anu yang
Sehat” (2007), ‘Memayu Hayuning Bawana” (2008), “Putih” (2009), “Tv Rusak”
(2009), “narsIs Manto” (2009), “Bom Makan Otak” (2010), “Ilir-ilir” (2012),
“Rumah untuk Nyai” (2013), “Kelas Maaf (2019).
Sebagai sosok pemuda yang suka bekerja
keras DRA pernah terlibat sebagai sound
enginer, editor, sutradara/astrada, kameramen dan line produser, penyedia jasa modelling
dan aktor, juri lomba film, asisten dosen, pemateri workshop, penulis naskah, dan pendiri beberapa usaha dibidang audio
visual. Sejumlah aktifitasnya kini dilakoni dengan berpusat di sekitaran
Tanjungpinang kota Jambi.
Dengan deretan panjang riwayat
pendidikan, karir karya, dan pengalaman bekerja Dimas Raditya Arisandi, tentu
kita penasaran dengan karyanya. Mari saksikan, dengan bersama kita bangun dunia
film di Jambi. Salam Sukses (IBP)
BAND
JAMBI GARAP SOUNDTREK FILM
oleh Ide Bagus Putra
O,
matahari tersenyumlah
sambutlah
kami tiba di sana
angin
hembuskan napasnya
iringi
langkah kaki kita
arus
sungai beribu ombak
menjalin
cinta ciptakan nada
nada
indah mengisi di lubuk jiwa
segarkan
pikiran yang t’lah lemah
rindu
masa kecil ku di sana
membangun
mimpi kita bersama
O,
langit malam berjuta bintang
sambutku
datang aku pulang
walau
tak selalu bersemi
kau
yakin ku kembali
setiap
saat ku berduka
kau
selalu nyanyikan nada
nada
indah mengisi di lubuk jiwa
segarkan
pikiran t’lah lemah
rindukan
masa kecilku di sana
membangun
mimpi kita bersama
bersama
kita berpegang erat
menyatukan
hati dan semangat
bagai
senja yang tak pernah lelah
menyambut
malam kita bersama
(Negeri
1000 Sungai-Second Home Band)
Demikianlah
lirik utuh garapan kelompok band Second
Home asal Jambi yang dipercaya oleh Pt Qasthalani Citra Film untuk membuat soundtrek film Trip n Vlog #pulangkampung (TnV) yang akan tayang serentak di
seluruh Indonesia 1 Maret yang akan datang. Pada JambiOne Muhammad Soufi dan Andri
dua personel band ini berbagi cerita tentang proses penggarapan lagu ini
disela kesibukan mereka mengikuti rangkaian promosi film TnV di salah satu
radio swasta yang ada di sekitar The-Hok kota Jambi (27/1).
“Awalnya
kami kaget.” tutur Soufi mengawali cerita saat ditanya sekitar penawaran untuk
membuat soundtrek film. Kaget Soufi
dan kawan-kawan dikarenakan mendapat tawaran secara langsung dari Haris A
Sulaiman yang bertindak sebagai produser. Tawaran ini sempat membuat mereka
ragu karena harus menyelesaikan proyek ini dalam waktu yang sangat terbatas. Namun
tantangan ini akhirnya diterima dengan antusias karena “Moment inilah saatnya
kita dapat berbicara secara nasional tentang keberadaan Jambi.” kata Andri sang
vokalis menegaskan. Berkat keyakinan bersama dan bimbingan Radjoe Mindo
(mentor), akhirnya lagu Negeri 1000 sungai dapat diselesaikan. Ternyata tidak
semudah membalikkan telapak tangan, garapan anak-anak muda Jambi ini tidak
langsung diterima oleh produser, setelah mengalami beberapa kali perubahan,
akhirnya lagu ini mencapai kesepatan untuk digunakan.

Diterimanya
lagu Negeri 1000 Sungai tentu saja membuat
kelompok band ini bangga. Pihak produserpun merasa puas dengan apa yang
dikerjakan oleh Second Home. Kepuasan
ini ditandai dengan kelanjutan kerja sama dengan menambah dua lagu. Maka lagu
yang berjudul “paradise” dan “satu” kembali dipersembahkan oleh kelompok band
yang terbilang berumur muda ini.
Kelompok
band Second Home memang belum berumur
panjang, kebersamaan mereka baru dibangun kurang lebih satu tahun. Kelompok ini
terdiri dari sejumlah mahasiswa, siswa SMA, dan anak tongkrongan caffe yang memiliki visi yang sama dalam
membangun semangat bermusik di kota Jambi. Kelompok yang dimentori oleh pengusaha
muda dan pelaku film yang membagi waktu antara Jakarta-Jambi bernama Rajoe
Mindo ini terdiri dari Andri (vokal), Bayu Pragawiryo (vokal), Jenicke Laurent
(vokal), Albert Sofianto (gitar), Muhammad Soufi (bas), Reza Rafsanjani (keyboardist),
Fredy Andries (piano). Selain itu kelompok ini didukung oleh Anez Andrew sebagai
menejer, Mieko S.D.P sebagai songwriter,
dan Ronal Taufano dari sisi desain cover.
Melihat
potensi yang dimiliki oleh Second Home,
Mindo disuatu perjumpaan dengan Jambi One
di Caffe Dua Nenek di sekitaran
Jelutung mengatakan, bahwa komunitas
musik dan musisi muda Jambi sebenarnya memiliki potensi yang sangat kuat untuk
berbicara dikancah nasional. Hal ini ditandai dengan sejumlah nama dikancah
Asia yang berhasil menyabet gelar di bidang musik. Contohnya keberhasilan Sopan
dan kawan-kawan, cuma sayang kurang publikasi, bahkan terkesan tidak ada
kepedulian dari pihak yang berkepentingan dalam bidang pembinaan kesenian. Namun
kondisi ini tidak harus membuat pelaku musik mengeluh lanjut Mindo, pelaku
musik harus kuat, karena harapan ditentukan oleh kerja keras mereka sendiri.
Tidak boleh cengeng Mindo menambahkan.

Sedangkan
produser film TnV, Haris A Sulaimen dari percakapan jarak jauh menyatakan bahwa
Second Home dipilih karena ia memang
menginginkan kehadiran seniman Jambi dalam jumlah yang besar dalam Film Trip n
Vlog. Karena film ini berangkat dari Jambi, jadi segala potensi harus berasal
dari Jambi, walaupun isu yang diangkat dalam film ini adalah masalah yang
secara keseluruhan juga dialami oleh daerah-daerah yang ada di Indonesia. Jadi menurut
Haris menghadirkan Second Home dalam
film ini adalah proses berbagi tempat secara manusiawi dalam proses berkesenian
secara benar. Selain itu Haris melanjutkan, sebenarnya tidak hanya anak muda
Jambi dengan gendre dan style mereka yang kekinian ditampilkan, film ini juga
menghadirkan musisi tradisonal yaitu Azhar Mj yang ikut pula berekting sebagai
aktor. Kehadiran Azhar Mj dan Second Home
dalam film ini adalah sebuah simbol keharmonisan antargenarasi yang
terjembatani lewat kerja bersama membangun kebudayaan.
Sementara
itu Ide Bagus Putra salah satu pelaku seni di kota Jambi melihat apa yang
dicapai oleh Second Home sebagai sebuah
keberhasilan pelaku muda Jambi yang menunjukkan keseriusan dalam berkarya. Ide
berharap pencapaian ini terus berlanjut, karena selain persoalan eksistensi
komunitas musik biasanya amat jarak yang bertahan lama. Ide mengharapkan Second Home dapat bertahan dan terus berkarya sehingga dapat tampil
di kancah nasional sehingga setara dengan band besar seperti Armada, Kotak,
Akad, dan lain-lain.
Akhirnya
tentu menjadi harapan kita semua Second Home dan pelaku-pelaku musik di Jambi terus bersemangat dalam berkarya.
Pencapaian Second Home hendaknya
menjadi pemicu kelompok-kelompok yang lain bersemangat. Semoga terus ada
produksi film yang akan diwujudkan, dan tentu saja keberadaan film tidak bisa dilepaskan dari unsur musik. Nasib
Second Home dan Film Trip n Vlog
mudah-mudahan menemukan nasib yang membahagiakan bagi pelaku kesenian di
Jambi. Semoga.
RIO
SIAPKAN KOPI UNTUK ARTIS
Jambi-
Rio Irawan, sempat ditawari untuk ikutan casting, tetapi
lebih memilih sebagai sosok belakang layar dengan alasan ingin mencari
pengalaman lain dalam berproses. Bahkan demi ikut dalam garapan film Trip n
Vlog #pulangkampung Rio rela melepas
pekerjaan yang terbilang bergaji lumayan untuk seorang bujang. Sebenarnya apa
jabatan Rio?
PU
(pembantu umum), ya, jabatan ini banyak dipandang sebelah mata bagi sebagaian
orang. karena pekerjaan ini identik dengan pekerjaan dapur. mulai dari membuat
air kopi, menyediakan makan, mengatur menu dan lain-lain. yang lebih
menggelikan lagi Rio yang dibantu sejumlah siswa dan mahasiswa magang ini harus
membawa perlengkapan masak ke lokasi shooting. Bayangkan berapa lokasi?
Tapi
tidak sedikit pun sosok yang terbilang ganteng ini malu dan mengeluh, padahal
sebelumya ia selalu menjadi aktor dalam sejumlah garapan teater, dan menjadi
pemain perkusi paling ganteng di sejumlah pementasan musikalisasi puisi garapan
Teater Q (sekarang Anjungan Puisi Jambi).
Dengan
sedikit bercanda ia berujar, “Tidak semua orang mau jabatan ini, semuanya pasti
mau ‘mejeng’ bila perlu mengemis untuk mendapatkan peran dan sebuah nama,
karena itu produksi film ini membutuhkan sosok tegar seperti saya.” candanya di
sela percakapan kami. “Ayo mana, cowok ganteng yang mau bekerja kasar seperti
saya? Walaupun begitu, saya bahagia karena kopi yang saya siapakan diminum para
artis” lanjutnya lagi. Karena itu film Trip n Vlog ini adalah sebuah pembuktian
bahwa pekerja sejati adalah pekerja yang tak memilih. Karena tak pilih-pilih maka ia merasa beruntung dapat bergabung dalam sebuah film
yang banyak mengajarkan pentingnya kesetiaan dan kerja sama dalam membangun
mimpi. “TnV adalah mimpi kita,” senyum Rio. (IBP)
PEREMPUAN
MENGAJI PUISI DIMAS ARIKA
MIHADJA
Oleh Ide Bagus Putra
Tempoa
Art Gallery-Jambi, Jumat (2/3) mendatang akan mengelar kembali “Mengaji
Puisi” dengan pilihan sajak karya Dimas Arika Mihardja (alm), sejumlah
perempuan akan terlibat dalam acara tersebut, diantaranya adalah Ramayani
Riance, Parida Tonggak, Rini Iswari, Salira Ayatusyifa, Puja Ayu Lestari,
Nady, Annisa,
Iis Niyati, dan Nadya Handarica.
Dari
deretan perempuan yang akan membacakan sajak-sajak Dimas Arika Mihardja (DAM) adalah para
pencinta puisi yang selama ini dikenal sebagai penyair, pemain teater, para
juara lomba baca puisi, dan deklamator komunitas musikalisasi puisi.
Sebut
saja diantaranya adalah Ramayani Riance yang salama ini dikenal sebagai
penyair, sejumlah kumpulan sajak telah dia luncurkan ke dunia
sastra Jambi bahkan nasional. Diantaranya adalah Sebungkus
Kenangan (2008), Behrouz dan Petunjuk Hujan (2016), dan Di
Bawah Cahaya Sigombak (2018). Ramayani selain dikenal sebagai penyair dia juga
dipercaya sebagai ketua Wanita Penyair Indonesia (WPI) cabang Jambi.
Sosok
lain yang akan tampil dalam panggung Mengaji Puisi adalah para juara baca puisi
yang pernah digelar disejumlah tempat di kota Jambi, diantaranya adalah Parida
Tonggak, Salira Ayatusyifa, dan Puja Ayu Lestari.
Parida
Tonggak selain dikenal sebagai pelaku dalam sejumlah pergelaran teater Tonggak,
ia juga pernah meraih juara baca puisi dalam kegiatan Ari Setya Ardhi Award, dan
dipercaya mewakili UNJA untuk Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas).
Selain itu dia
juga tercatat sebagai tenaga pengajar di SMA Negeri 4 Kota Jambi.
Tercatat
juga macan panggung puisi
yang akan tampil adalah Salira Ayatusyifa.
Sosoknya telah muncul sejak SD sebagai siswa yang memiliki prestasi dibidang
seni. Dia
pernah mewakili Jambi dalam sejumlah forum kesenian di tingkat nasional. Mulai
dari tari, teater monolog, baca puisi, dll. Sejumlah tempat di tanah air telah
ia kunjungan dengan misi kesenian. Selain itu dia juga
beruntung, karena didukung penuh Didin Siroz yang kita kenal sebagai seniman
teater dan kepala Taman Buday Jambi yang merupakan ayahnya.
Panggung
juga akan diisi Puja Ayu Simatupang, mantan vokalis teater Q yang sebelumnya
pernah berkesempatan manggung di Taman Ismail Marzuki. Puja selain dikenal
sebagai vokalis ia juga melakoni deklamasi puisi sebagai pilihan berkesenian. Dia sempat absen
mengisi panggung karena berkosentrasi menyelesaikan pendidikan. Beberapa minggu
belakangan ia
terlihat hadir di antarapenonton pertunjukan Tempoa Art Gallery dengan
alasan rindu panggung. Puja menyatakan akan membawa dua puisi, satu karya milik
DAM dan satu karya milik Danarto. Dua Penyair yang dia kagumi dan
kini telah almarhum.
Perempuan
lain yang akan meramaikan MeNgaji Puisi adalah Rani Iswari, sutradara
teater Kuju dan anggota teater Air ini sempat menyatakan tidak begitu bagus
membaca puisi. Namun akhirnya dia menyatakan siap untuk naik panggung
karena ingin meramaikan suasana, dan tentu saja untuk menghargai sosok penyair
Dimas Arika Mihardja.
Demikianlah
diantara beberapa perempuan yang akan tampil untuk membacakan sajak-sajak Dimas
Arika Mihardja. Tentu saja tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada Nady,
Iis, Anisa, Nadya Handrica yang juga akan ikut meramaikan panggung. Tentu saja
terlalu ramai kalau dibicarakan semua kelebihan seluruh perempuan yang akan
tampil. Tidak ada lagi rasa penasaran yang muncul. Yang jelas semua yang tampil
pada panggung”MeNgaji
Puisi” adalah perempuan-perempuan yang hebat. Salam sukses, selamat bermalam
dengan puisi (IBP. 2018).
AMEL CARLA ARTIS NASIONAL KUNJUNGI
MUSEUM FILM TEMPOA JAMBI
Jambi-Sabtu, 24 Februari 2018,
merupakan momentum yang spesial bagi sejumlah pelaku seni di Jambi. Tepat pada
tanggal ini akan dilaksanakan premier film “Trip n Vlog #pulangkampung (TnV)”
di bioskop cinema XXI WTC. Pemilihan tanggal memang direncanakan oleh
penyelenggara yang terdiri dari sejumlah kalangan ini untuk menjadi “sumbu
kecil” untuk sebuah “ledakan besar” pada tanggal 1 Maret yang merupakan
peluncuran film TnV secara serentak di sejumlah kota di Indonesia.
Pada JambiOne, Wahyu Hidayat selaku motor penggerak pelaksanaan premier
menjelaskan bahwa kegiatan premier di cinema XXI sebenarnya adalah rangkaian
akhir kegiatan promosi film TnV, karena sebelumnya mereka telah melakasanakan choaching clinic sekaligus promo di sejumlah sekolah yang ada di
kota Jambi, kabupaten Batanghari, dan Muaro Jambi. Rangkaian kegiatan di sejumlah
sekolah ini selain melakukan promosi, tim kreatif bersama sejumlah narasumber (aktor TNV)
berbagi pengalaman dan tips untuk memproduksi film. “Intinya 24 Februari adalah
puncak perjalanan promosi kita yang melelahkan,” kata Wahyu disela persiapan
premier di studio pribadi miliknya.
Sisi lain yang menarik dari
rangkaian premir film TnV di Jambi, menurut Risdi A Sulaiman adalah premier yang digagas oleh pelaku di
luar produksi. Selama ini premier selalu digagas oleh pihak film, namun kali
ini berbeda, sejumlah kalangan bersatu padu untuk membuat premier. Sepertinya
masyarakat Jambi merasa betul memiliki film ini. “Ini luar biasa,” kata Risdi
selaku produser setelah dikonfirmasi melalui telepon. Sementara itu Beddi salah
satu panitia yang bertugas mengelola penonton menyatakan, membenarkan bahwa biaya
penyelenggaraan premier ini ditanggung oleh para apresiator yang ada di Jambi.
Lebih lanjut Beddi menjelaskan bahwa gagasan premier ini juga bermula dari
keinginan nonton bersama, maka tercetuslah gagasan 24 Maret, selanjutnya panitia
mencetak undangan dalam bentuk stiker untuk menghimpun dana guna menyewa 1 bioskop. Gagasan ini kemudian direspon
oleh sejumlah apresiator termasuk tokoh masyarakat.
Di tempat lain, ketika JambiOne
menayakan secara langsung pada salah satu pelaku teater sekaligus aktor TnV
Didi Hariadi, membenarkan bahwa gagasan premier ini dicetuskan oleh sejumlah pelaku seni di
kota Jambi dan mendapat respon sejumlah tokoh karena berkeinginan untuk
memberikan nilai lebih terhadap film yang 90% dilakoni anak Jambi ini.
Selanjutnya dia menegaskan bahwa TnV harus dibantu promosinya karena telah
mengangkat Jambi ke ranah nasional. Sepertinya anak-anak Jambi tidak bisa
berpangku tangan dan tergantung pada pihak lain, birokrasinya terlalu rumit
kata dia.
Sejumlah tokoh dan pelaku seni di
Jambi berencana ikut menghadiri dan mendukungan premier film TnV adalah Hj
Daryati Uteng, Hasan Basri Agus, dan Sultan Adil Mahendra, Riyani Juscal, Sakti
Alam Watir, Harkopo Lie, dan lain-lain. Hj Uteng yang merupakan anggota DPD MPR
RI menyatakan bahwa dukungan yang ia berikan semata-mata untuk menghargai karya
anak-anak Jambi yang telah memperkenalkan budaya Jambi lewat film, dukungan ini
diharapkan dapat memicu semangat untuk terus berkarya. Sedangkan Hasan Basri
Agus (HBA) memberikan dukungan dengan tujuan memberikan apresiasi kepada remaja
Jambi yang telah bisa menghasilkan film, sedangkan Sultan Adil Mahendra
memberikan dukungan terhadap premier ini dengan harapan pelaku seni Jambi terus
bersemangat dalam memproduksi film, dan dengan nada bercanda ia berharap kelak
dapat ikut terlibat dalam garapan film Jambi.
Sejumlah harapan tercetus pada film
Trip n Vlog #pulangkampung, semoga apa yang diharapkan dapat terwujud. Film TnV
dapat booming, menjadi wacana
nasional yang dapat menunjukkan bahwa putra Jambi dapat berbicara dengan karya
ditingkat nasional. Mari nonton, sukses film Jambi. (IBP)
PAMERAN FOTO KOLEKSI 5AW DAN FOTOGRAFER JAKARTA
Oleh Ide Bagus Putra
Tempoa Art
gallery-Sabtu (2/4) yang akan datang, berencana mengelar pameran foto koleksi fotografer terkemuka di Jambi, yaitu Sakti
alam Watir (5AW). Koleksi foto yang akan dipamerkan merupakan hasil “bidikan”
5AW bersama rekanan beliau di dunia fotografer baik local maupun nasional
(Jakarta)
Helatan ini
menurut Ajir selaku panitia merupakan kerinduan 5AW membaca kembali
“kitab-kitab” yang tersimpan, selain itu pameran ini merupakan program Tempoa
Art Gallery (TAG) untuk kembali bergerak mengisi perjalanan kebudayaan di
daerah Jambi. Selama ini lanjut Ajir, TAG merupakan sebuah ruang bagi pelaku
kesenian Jambi untuk mengelar karya baik berupa lukisan, foto, patung,
kerajinan, yang dikombinasikan dengan pertunjukan puisi, monolog/teater, dan
music. Nah, di tahun 2019 ini TAG kembali mengawali kegiatan dengan
menghadirkan 5AW dengan sejumlah “harta kekayaan simpanannya.
Dari
sejumlah koleksi foto yang akan dipamerkan adalah hasil karya potografer Amran
Hendriansyah Abenk, martina Henny P, Triswanto, Jefffry Surianto, dan Khairil
Fahmi. Mereka adalah rekanan 5AW dari Jakarta. Selain itu akan digelar juga
hasil karya potografer dari Jambi. Salah satunya adalah potografer senior Maicel
Horas atau lebih dikenal dengan inisial MDi.
Direncanakan
pameran foto keleksi 5AW akan dibuka oleh Musri Nauli aktifis pergerakan
lingkungan hidup di kota Jambi. Tentu saja kehadiran sosok Nauli untuk membuka
pameran foto ini bukanlah suatu kebetulan. Kehadiran Nauli diharapkan dapat
mempertegas isu yang menjadi bidik kamera para potografer untuk diterus
sampaikan oleh pelaku lingkungan itu sendiri. Dan memang dari sejumlah foto
yang dipamerkan adalah mengangkat persoalan lingkungan.
Persoalan
lingkungan memang akan selalu menarik untuk dibidik, karena foto memiliki daya
keabadian untuk menyimpan yang telah hilang. Mencatat yang tidak bisa lagi
disaksikan. Ambillah contoh pada pameran foto yang akan digelar Sabtu, 2
februari 2019 ini kita akan menemukan foto-foto yang mengabadikan Tugu Kota Baru sebelum direnovasi seperti
sekarang ini. (sekarang: Tugu Siginjai). Selain itu ada sejumlah foto yang
mungkin harus kembali kita reka-reka keberadaanya.
Tentu saja
dengan adanya pameran foto koleksi ini akan menjadi tempat bagi masyarakat
untuk kembali bernostalgia dengan sejumlah objek yang pernah ada di kota Jambi.
Pameran ini direncakan akan dibuka selama bulan Februari tanpa dipungut biaya.
Karena itu kehadiran masyaraka Jambi secara umum sangat diharapakan oleh Ajir
selaku panitia, dan lembaga pendidikan secara khusus. “Karena sekolah sebenarnya dapat memanfaatkan pameran ini
sebagai tempat rekreasi dan edukasi.” Tutur Aji penuh harap. Semoga terwujud(IBP)
sangat menginspirasi
BalasHapus